Jumat, 26 November 2010 3 komentar

Bolehkah Ibu?

Bolehkah aku marah, ibu?
Bolehkah aku kecewa, ibu?
Bolehkah aku menangis, ibu?

Ternyata aku sangat lemah.
Ternyata aku tidak sehebat itu.
Ternyata aku tidak setegar itu.
Ternyata aku tidak memiliki kesabaran seluas itu.


Bagaimana lagi aku bisa menemanimu sekarang?

Allah pasti memberikan jalan keluar ya ibu..Semoga.


Sabtu, 20 November 2010 2 komentar

Bukankah Dulu Kita Pernah Satu Buaian?

Bukankah dulu kita pernah satu buaian? 
Di dalam seorang rahim wanita yang sama bernama Ibu?
Bukankah darahku ada juga pada aliran nadimu?
Bukankah wajahku hampir mirip pula dengan bentuk wajahmu?
Bukankah kita dibesarkan di tempat yang sama dengan kasih sayang yang ada?

Menganggap dirimu sebagai seseorang  yang patut di tiru sebelumnya.
Menganggap dirimu sebagai seseorang yang pantas dijadikan tumpuan kehidupan keluarga sebenarnya.
Menganggap dirimu adalah orang yang dibanggakan dalam keluarga.
Menganggap kau lebih tahu tentang kehidupan dibandingkan aku.
Menganggap kau lebih mengenal Tuhan kita dibandingkan aku.


Akhirnya semua berjalan seperti ini.
Lambat laun kau terlalu sibuk dengan pemahaman mu tentang hidup dari orang lain.
Kau lari dari kenyataan bahwa aku dan mereka adalah sebagian dari ragamu.
Kau tidak paham juga, seburuk apapun dirimu aku bisa menerima itu.
Kau terlalu menyalahkan keadaan hidupmu.
Kau akhirnya lari dari jati dirimu yang dulu.  
Kau telah berubah.


Lihatlah kami, menunggumu mengerti.
Lihatlah mereka berdua, merasa butuh menyerahkan sebagian tanggung jawab, karena terlalu lama memikulnya.
Lihatlah aku, membutuhkan teman melewati jalan kehidupan ini.


Kami menunggumu untuk tahu seberapa buruk keadaan itu. Seberapa kecewa dirimu terhadap keluargamu.
Seberapa sulit keadaan ini. 
Kita tetap harus menjadi satu ikatan.
Satu jama'ah. 
Satu suka. 
Dan satu duka. 

Karena kita keluarga.





Kamis, 18 November 2010 3 komentar

PENILAIAN DUNIA MEMBUATKU BUTA

Ternyata itu hanyalah penilaian di dunia. Banyak manusia di luar sana terlahir sempurna namun tidak berfikir sempurna.
                  Mengetahui kenyataan bahwa kehidupan bukanlah dibangun dari sesuatu yang kita inginkan melainkan dari sesuatu keharusan itu terjadi. Sunatullah. Banyak pemikiran manusia yang membuat terkadang fakta hanyalah fiktif belaka. Banyak hal yang fiktif dan mustahil namun ternyata fakta Perubahan penilaian terhadap kehidupan di dalam diriku berubah setelah aku masuk dan mengajar sebagai seorang guru di SMP swasta. Pada saat itu aku menemukan anak-anak yang sangat memberikan banyak pemahaman ku terhadap hidup.
               Anak-anak yang secara fisik memiliki keterbatasan kemampuan, baik keterbatasan psikologi dan materi. Namun, mereka masih mencoba untuk manjadi diri mereka sendiri, menjadi seseorang yang bukan untuk dinilai tetapi untuk menilai kehidupan sehingga tahu kepada siapa mereka akan kembali. Dan tetap menjalani kehidupan meskipun terlihat mustahil untuk dijalani.
                Terkadang penilaian manusia dan pemahaman manusia terhadap sesuatu, yang menjadikan kita terkotak-kotak. Menjadi berwarna senada. Tak henti-hentinya aku berfikir betapa Allah menciptakan kita beragam untuk saling belajar. Bukan saling bersaing. Bukan saling menjatuhkan. Sekarang, aku tidak perduli lagi bagaimana manusia menilaiku, bagaimana manusia menghargaiku, dan bagaimana manusia menganggapku bermakna. Karena pada dasarnya aku yang akan memberikan penilaian, memberikan makna, menjalani kehidupanku sendiri untuk menggapai ridha-Nya. Kesempurnaan dalam berfikir yang mungkin Allah inginkan untuk umatnya dalam menjalani kehidupan, sehingga mereka diberi cobaan dan dinobatkan sebagai makhluk yang paling mulia karena memiliki akal. 
                 Menjadi manusia berprestasi, menjadi manusia yang kaya, menjadi manusia yang pintar, menjadi manusia yang baik. Ternyata itu hanyalah penilaian di dunia. Banyak manusia di luar sana terlahir sempurna namun tidak berfikir sempurna. Dan mungkin salah satunya adalah aku.
 
;